Pembinaan atlet yang harmonis antara fisik dan mental sangat
perlu untuk mencapai prestasi maksimal. Peningkatan kemampuan fisik, teknik dan
taktik tanpa disertai pembinaan mental yang baik akan mengakibatkan hasil
negatif. Mental merupakan daya penggerak dan pendorong untuk mengejawantahkan
kemampuan fisik, teknik dan atlet dalam penampilan olahraga. Setiap kali
menghadapi suatu pertandingan mental atlet harus dipersiapkan, siap menghadapi
rangsangan-rangsangan emosional, siap menghadapi tugas yang berat, atau
tegasnya siap menghadapi beban mental.Pembinaan mental atlet disamping untuk
menyiapkan mental atlet menjelang pertandingan, juga ditujukan untuk membina
daya tahan mental atlet. Daya tahan mental merupakan kondisi kejiwaan yang
mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi gangguan, ancaman
dalam keadaan bagaimanapun juga, baik yang datang dari dalam Jurnal Iptek dirinya
maupun dari luar diri atlet.Daya tahan mental perlu dimiliki atlet, agar atlet
dapat menghadapi situasi-situasi kritis dalam pertandingan dengan penuh
kepercayaan pada diri sendiri, dapat menguasai, dapat mengontrol permainannya, tetap
tenang dan sebagainya, khususnya saat menghadapi kemungkinan kekalahan, agar
dapat bangkit untuk berpenampilan yang baik.
Bila kita memperhatikan keberhasilan para atlet tingkat
dunia yang berhasil menampilkan prestasi puncaknya bahwa keberhasilan mereka
itu tidak dapat lepas dari peranan faktor mental. Sebenarnya apa yang dimiliki para
atlet itu, terutama kemampuan atau keterampilan mental yang hebat yang mampu
mempertinggi penampilan mereka dan menempatkan mereka pada puncak prestasi
dalam masing-masing cabang olahraganya. Karena latihan mental dapat bermanfaat
bagi kecakapan keterampilan motorik (gerak) pada penampilan keterampilan yang
dipelajari dengan baik (Magill, 1980).
Ide latihan mental secara menyeluruh adalah memfokuskan pada
aspek-aspek penampilan mental yang positif, kemampuan dan
keterampilan-keterampilan lain yang telah dipersiapkan. Program latihan mental
ini juga menitikberatkan pada apa yang benar dan bagaimana mengembangkan untuk
membuatnya bekerja dan meningkatkan penampilan.
Asumsi dasar atau program latihan mental adalah gambaran
dalam fikiran dan menciptakan kenyataan (realitas) dengan gambaran atau bayangan
mental (mental images). Dalam hal ini bagaimana menyadari kemampuan diri
sendiri secara positif dan negatif. Kesan ini berpengaruh pada penampilan
sekarang dan selanjutnya. Misalnya jika “melihat” diri sendiri sebagai seorang
yang lamban dan agak canggung, maka akan mengejawantahkan atau memanifestasikan
hal ini secara fisik ketika mengikuti suatu nomor olahraga.Program latihan
mental harus dilakukan dengan dedikasi dan disiplin yang tinggi. Secara umum
cara persiapan mental yang dilakukan, berpedoman pada: kepercayaan penuh dalam
diri dan kemampuan fisik, konsentrasi penuh dan memusatkan selama kompetisi,
imagerypenampilan selama berhari-hari atau beberapa minggu sebelum pelaksaanaan
pertandingan (kompetisi), menganalisis berbagai kekurangan dan berusaha untuk
memperbaiki penampilan dan teknik atau strategi, kemampuan untuk mengalahkan
dengan mudah dan melihat ke depan pada tantangan-tantangan baru pada
pertandingan berikutnya, tidak pernah melihat diri sendiri sebagai atlet yang
kalah sekali atau dua kali dalam pertandingan (Porter and Foster, 1987). Eugene
F. Gauron dalam Sudibyo Setyobroto (1989) memberikan gambaran tentang program
latihan mental yang
menyebutkan adanya tujuh sasaran program, yaitu:
1) Mengontrol
perhatian, hal itu perlu dapat mengkonsentrasikan kemampuan dan perhatian pada
titik tertentu sesuatu yang harus dikerjakan.
2) Mengontrol emosi,
menguasai perasaan marah, benci, gembira, nervous, dan sebagainya sehingga
dapat menguasai ketegangan dan bermain dengan tenang.
3) Energization,
dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan sesudah bermain all-out,sehingga
pemain dapat mengerahkan kekuatan seperti biasa. Disamping istilah second
windjuga dikenal istilah third windbahkan juga forth wind.
4) Body awarness,
dengan penguasaan body awarnessatlet akan lebih memahami dan menyadari keadaan
tubuhnya, dapat melokalisasi ketegangan dalam tubuhnya.
5) Mengembangkan rasa
percaya diri, faktor yang dapat menentukan dalam penampilan puncak seorang atlet
adalah kepercayaan pada diri sendiri. Dengan percaya diri atlet akan dapat
bermain dengan baik dan mencapai hasil yang lebih baik.
6) Membuat
perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah pesuruh dari apa yang kita
inginkan. Dengan menggunakan mental imagesebagai salah satu cara latihan
mental, maka apa yang kita pikirkan atau bayangkan dapat dilakukan.
7) Rekonstrukturisasi
pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh dalam penampilan. Dengan merubah
pemikiran juga akan merubah perasaan (misalnya perasaan pasti kalah). Karena
itu dengan merubah pemikiran juga dapat menghasilkan tingkah laku dan
penampilan yang berbada.
Singgih D. Gunarso (1990) menguraikan secara lebih
operasional mengenai langkah-langkah agar atlet dapat memperlihatkan puncak penampilan
(peak performance) atau prestasi. Pada hakikatnya latihan mental dilakukan
seperti halnya pada latihan fisik, yang perlu dilatih dan perlu dipersiapkan
jauh hari sebelumnya, bahkan dapat dimulai sejak usia dini sampai tujuan yang
diinginkan tercapai. Pelaksanaan latihan mental dapat dilakukan secara serempak
atau dilibatkan langsung pada saat latihan fisik, atau dilakukan secara tersendiri.
Bentuk-bentuk latihan mental dapat berupa relaksasi,
konsentrasi, imagery, dan lain sebagainya.
1. Relaksasi
Relaksasi adalah pengembalian suatu otot, pada kondisi
istirahat karena kontraksi, atau suatu kondisi tegangan rendah dengan suatu
ketiadaan kurangnya emosi yang kuat (Chaplin 1979). Terapi relaksasi merupakan suatu
bentuk penyembuhan atau terapi dimana penekanannya dengan memakai pengajaran
pada atlet bagaimana agar rileks (tidak tegang) pada penerimaan atau tanggapan
bahwa relaksasi otot akan membantu pengurangan ketegangan psikologis.
Latihan relaksasi dapat melalui peregangan dan pelemasan
otot-otot, sehingga tercipta keadaan yang lebih tenang. Keadaan tegang dialami
atlet bersifat individual ada yang mengalami ketegangan pada saat bertanding. mengurangi
ketegangan, terutama pada saat bertanding, dapat juga dilakukan dengan teknik
pernafasan atau mengambil nafas dalam-dalam yang hanya membutuhkan waktu
singkat dan seringkali sangat efektif untuk mengurangi ketegangan.
2. Konsentrasi
konsentrasi adalah suatu aktivitas pemusatan perhatian
tertentu, Eugene F. Gauron dalam Sudibyo S. (1989) mengemukakan ciri-ciri konsentrasi
sebagaimana digambarkan dibawah ini:
1) Tertuju pada suatu
benda pada suatu saat
2) Merupakan
keseluruhan
3) Perhatian selektif
terhadap pemikiran tertentu dan tidak ada perhatian terhadap objek atau
pemikiran lain.
4) Menenangkan dan
memperkuat mental
Atlet tidak dapat memusatkan perhatian atau mengalami
perhatian yang terbagi-bagi selama mengikuti pertandingan, maka latihan
konsentrasi dapat digunakan sebagai teknik latihan mengatasai permasalahan
tersebut.
Selanjutnya Gauron (1989) memberikan beberapa petunjuk
sebagai berikut:
1) Jauhkan fikiran
dari sesuatu yang pernah anda lakukan ataupun pernah anda alami;
2) Pusatkan perhatian
anda pada satu tempat;
3) Tujukan pusat
perhatian pada satu lokasi tersebut
4) Kosongkan fikiran
anda biarkan tetap kosong
5) Pindahkan dari
sasaran khusus ke pusat perhatian seperti gambar panorama kemudian kut
dihadirkan suatu gambar besar memberi kemungkinan masukkan tanpa menyeleksinya
6) Berupaya
memusatkan perhatian terhadap semua benda
7) Berhentilan dan
kemudian kembali konsentrasi
3. Imagery
Latihan imageryadalah suatu latihan dalam alam fikiran
atlet, dimana atlet membuat gerakan-gerakan yang benar-benar melalui imajinasi
dan setelah dimatangkan kemudian dilaksanakan.
Latihan imagery dapat berarti tiga hal, yaitu: yang dapat
dilihat atau visual, dapat didengar atau auditorydan dapat dirasakan atau
kinesthetic(Poster dan Foster, 1986).
Bagaimana prosedur yang dapat menjadi pegangan para pelatih
untuk melaksanakan latihan imageryini? Tekanan pokok dalam latihan imageryadalah:
semua atlet harus sudah memperoleh pengertian mengenai keterampilan dan
bagaimana cara serta pola gerak yang akan dilakukan dalam keterampilan nyata. Pertama, atlet diberi gambaran mengenai
teknik yang akan dilatihkan (apabila tujuan latihan adalah tentang penguasaan
teknik). Adapun gambaran tentang teknik tersebut dapat berupa demontrasi pelatih,
contoh gambar atau rekaman video dan lain-lain. Kedua, atlet diminta untuk
mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut, kemudian atlet membayangkan
dirinya melakukan gerakan teknik tersebut sambil menutup mata. Dengan menutup
mata dapat membantu para atlet dalam berkosentrasi terhadap apa yang sedang
dilakukannya.Imajeri mental adalah serangkaian aktivitas membayangkan atau memunculkan
kembali dalam pikiran suatu obyek, peristiwa atau pengalaman gerak yang benar
dan telah disimpan dalam ingatan (Blischke, 1999; Finke dalam Suharnan, 2000;
Vedelli, 1985). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa imajeri mental
dapat memfasilitasi peningkatan performa olahraga (Vealey dan Walter, 1993).
Imajeri mental meningkatkan ketepatan dan kualitas pukulan tenis meja (Li-Wei
dalam Anderson, 1997), digunakan untuk mempelajari gerak yang baru dan menghaluskan
gerakan (Smith dalam Smith, 2000), mempengaruhi belajar dan penampilan peserta
didik (Vedelli, 1985). Latihan imajeri mental mempengaruhi belajar dan
penampilan karena memungkinkan individu mengulang rangkaian gerak dengan
membuat komponen-komponen simbolik dalam otak yang dibutuhkan untuk
memfasilitasi performa keterampilan yang akan dilakukan (Perry & Morris,
1985), dan dapat menguatkan hubungan stimulus respon (Lang, 1977, 1979).Menurut
Marten (1987), penetapan tujuan dan imajeri mental merupakan bagian integral
dari keseluruhan keterampilan psikologis.
Membayangkan tujuan merupakan suatu cara yang efektif untuk mengarahkan
atlet terhadap pencapaian tujuan dan imajeri mental dapat berhasil dengan
efektif ketika atlet menetapkan tujuan yang spesifik dan realistik selama
latihan imajeri mental. Kian jelas dan detail obyek atau gerakan yang
dibayangkan, maka kian besar kemungkinan peserta didik akan mampu melihat
peluang-peluang yang dapat mewujudkan tujuan belajarnya (Shope, 1982). Selain
itu, dengan membuat gambaran atau bayangan yang sangat spesifik peserta didik
dapat menentukan aspek-aspek kritis atau komponen-komponen kunci yang harus
menjadi fokus perhatian selama proses pembelajaran (Syer dan Connolly, 1987),
sehingga tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai. Karena itu, tujuan dapat dibayangkan
dan proses membayangkan harus terarah pada tujuan. Inilah cara terbaik untuk
melakukan imajeri mental (Shone, 1982).
Teknik pelaksanaannya secara terpimpin dapat dilakukan
sesuai urutan sebagai berikut;
1) Cari tempat yang
tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi yang nyaman dan usahakan
relaks.
2) Imajinasi yang
diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
3) Mengikutsertakan
sebanyak mungkin penginderaan.
4) Berimajinasi
secara keseluruhan.
5) Dapat dilakukan
sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
6) Pelatih harus
berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
7) Akhiri latihan ini
dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan kembali menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Berikut ini disajikan pelaksanaan latihan imageryyaitu
menggambarkan atau membayangkan keseluruhan pola teknik sejak awal hingga akhir
atau tentang bagian-bagian tertentu. Contoh seorang pemain olahraga melakukan
latihan imagery:
1) Duduk di tempat
yang nyaman; kaki dan tangan jangan disilangkan. Setelah mendapatkan posisi
yang santai, tutup mata anda dan cobalah mengingat suatu penampilan permainan
olahraga yang ketat dan bagus dan anda unggul. Bayangkan kejadian itu
segamblang mungkin. Dimana waktu pertandinganya, jam berapa, cuaca diwaktu itu,
apa
yang dilihat dan didengar.
2) Bayangkan anda
melakukan servis; dimulai dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan
sasaran, jenis pukulan, saat perkenaan dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15
kali.
3) Bayangkan anda
melakukan pukulan lobdimulai dengan posisi kaki yang baik, mengayunkan raket,
memikirkan sasaran, saat perkenaan dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
4) Bayangkan anda
melakukan pukulan smashdimulai dengan posisi kaki, mengayunkan raket,
memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran.
Frekuensi 15 kali.
5) Bayangkan anda
melakukan pukulan drivedi tengah lapangan dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan masuk
sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
6) Pada saat terakhir
dilakukan latihan imageryrangkaian keseluruhan teknik-teknik yang ada, misalnya
bayangkan anda melakukan servis pendek dengan baik, kemudian bergerak maju,
melakukan serobotan dengan tajam sehingga lawan mati. Frekuensi 15 kali