Minggu, 02 Maret 2014

MENTAL ATLET

Pembinaan atlet yang harmonis antara fisik dan mental sangat perlu untuk mencapai prestasi maksimal. Peningkatan kemampuan fisik, teknik dan taktik tanpa disertai pembinaan mental yang baik akan mengakibatkan hasil negatif. Mental merupakan daya penggerak dan pendorong untuk mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan atlet dalam penampilan olahraga. Setiap kali menghadapi suatu pertandingan mental atlet harus dipersiapkan, siap menghadapi rangsangan-rangsangan emosional, siap menghadapi tugas yang berat, atau tegasnya siap menghadapi beban mental.Pembinaan mental atlet disamping untuk menyiapkan mental atlet menjelang pertandingan, juga ditujukan untuk membina daya tahan mental atlet. Daya tahan mental merupakan kondisi kejiwaan yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi gangguan, ancaman dalam keadaan bagaimanapun juga, baik yang datang dari dalam Jurnal Iptek dirinya maupun dari luar diri atlet.Daya tahan mental perlu dimiliki atlet, agar atlet dapat menghadapi situasi-situasi kritis dalam pertandingan dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri, dapat menguasai, dapat mengontrol permainannya, tetap tenang dan sebagainya, khususnya saat menghadapi kemungkinan kekalahan, agar dapat bangkit untuk berpenampilan yang baik.
Bila kita memperhatikan keberhasilan para atlet tingkat dunia yang berhasil menampilkan prestasi puncaknya bahwa keberhasilan mereka itu tidak dapat lepas dari peranan faktor mental. Sebenarnya apa yang dimiliki para atlet itu, terutama kemampuan atau keterampilan mental yang hebat yang mampu mempertinggi penampilan mereka dan menempatkan mereka pada puncak prestasi dalam masing-masing cabang olahraganya. Karena latihan mental dapat bermanfaat bagi kecakapan keterampilan motorik (gerak) pada penampilan keterampilan yang dipelajari dengan baik (Magill, 1980).
Ide latihan mental secara menyeluruh adalah memfokuskan pada aspek-aspek penampilan mental yang positif, kemampuan dan keterampilan-keterampilan lain yang telah dipersiapkan. Program latihan mental ini juga menitikberatkan pada apa yang benar dan bagaimana mengembangkan untuk membuatnya bekerja dan meningkatkan penampilan.
Asumsi dasar atau program latihan mental adalah gambaran dalam fikiran dan menciptakan kenyataan (realitas) dengan gambaran atau bayangan mental (mental images). Dalam hal ini bagaimana menyadari kemampuan diri sendiri secara positif dan negatif. Kesan ini berpengaruh pada penampilan sekarang dan selanjutnya. Misalnya jika “melihat” diri sendiri sebagai seorang yang lamban dan agak canggung, maka akan mengejawantahkan atau memanifestasikan hal ini secara fisik ketika mengikuti suatu nomor olahraga.Program latihan mental harus dilakukan dengan dedikasi dan disiplin yang tinggi. Secara umum cara persiapan mental yang dilakukan, berpedoman pada: kepercayaan penuh dalam diri dan kemampuan fisik, konsentrasi penuh dan memusatkan selama kompetisi, imagerypenampilan selama berhari-hari atau beberapa minggu sebelum pelaksaanaan pertandingan (kompetisi), menganalisis berbagai kekurangan dan berusaha untuk memperbaiki penampilan dan teknik atau strategi, kemampuan untuk mengalahkan dengan mudah dan melihat ke depan pada tantangan-tantangan baru pada pertandingan berikutnya, tidak pernah melihat diri sendiri sebagai atlet yang kalah sekali atau dua kali dalam pertandingan (Porter and Foster, 1987). Eugene F. Gauron dalam Sudibyo Setyobroto (1989) memberikan gambaran tentang program latihan mental yang
menyebutkan adanya tujuh sasaran program, yaitu:
1)  Mengontrol perhatian, hal itu perlu dapat mengkonsentrasikan kemampuan dan perhatian pada titik tertentu sesuatu yang harus dikerjakan.
2)  Mengontrol emosi, menguasai perasaan marah, benci, gembira, nervous, dan sebagainya sehingga dapat menguasai ketegangan dan bermain dengan tenang.
3)  Energization, dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan sesudah bermain all-out,sehingga pemain dapat mengerahkan kekuatan seperti biasa. Disamping istilah second windjuga dikenal istilah third windbahkan juga forth wind.
4)  Body awarness, dengan penguasaan body awarnessatlet akan lebih memahami dan menyadari keadaan tubuhnya, dapat melokalisasi ketegangan dalam tubuhnya.
5)  Mengembangkan rasa percaya diri, faktor yang dapat menentukan dalam penampilan puncak seorang atlet adalah kepercayaan pada diri sendiri. Dengan percaya diri atlet akan dapat bermain dengan baik dan mencapai hasil yang lebih baik.
6)  Membuat perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah pesuruh dari apa yang kita inginkan. Dengan menggunakan mental imagesebagai salah satu cara latihan mental, maka apa yang kita pikirkan atau bayangkan dapat dilakukan.
7)  Rekonstrukturisasi pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh dalam penampilan. Dengan merubah pemikiran juga akan merubah perasaan (misalnya perasaan pasti kalah). Karena itu dengan merubah pemikiran juga dapat menghasilkan tingkah laku dan penampilan yang berbada.
Singgih D. Gunarso (1990) menguraikan secara lebih operasional mengenai langkah-langkah agar atlet dapat memperlihatkan puncak penampilan (peak performance) atau prestasi. Pada hakikatnya latihan mental dilakukan seperti halnya pada latihan fisik, yang perlu dilatih dan perlu dipersiapkan jauh hari sebelumnya, bahkan dapat dimulai sejak usia dini sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Pelaksanaan latihan mental dapat dilakukan secara serempak atau dilibatkan langsung pada saat latihan fisik, atau dilakukan secara tersendiri.
Bentuk-bentuk latihan mental dapat berupa relaksasi, konsentrasi, imagery, dan lain sebagainya.
1.  Relaksasi
Relaksasi adalah pengembalian suatu otot, pada kondisi istirahat karena kontraksi, atau suatu kondisi tegangan rendah dengan suatu ketiadaan kurangnya emosi yang kuat (Chaplin 1979). Terapi relaksasi merupakan suatu bentuk penyembuhan atau terapi dimana penekanannya dengan memakai pengajaran pada atlet bagaimana agar rileks (tidak tegang) pada penerimaan atau tanggapan bahwa relaksasi otot akan membantu pengurangan ketegangan psikologis.
Latihan relaksasi dapat melalui peregangan dan pelemasan otot-otot, sehingga tercipta keadaan yang lebih tenang. Keadaan tegang dialami atlet bersifat individual ada yang mengalami ketegangan pada saat bertanding. mengurangi ketegangan, terutama pada saat bertanding, dapat juga dilakukan dengan teknik pernafasan atau mengambil nafas dalam-dalam yang hanya membutuhkan waktu singkat dan seringkali sangat efektif untuk mengurangi ketegangan.
2.  Konsentrasi
konsentrasi adalah suatu aktivitas pemusatan perhatian tertentu, Eugene F. Gauron dalam Sudibyo S. (1989) mengemukakan ciri-ciri konsentrasi sebagaimana digambarkan dibawah ini:
1)  Tertuju pada suatu benda pada suatu saat
2)  Merupakan keseluruhan
3)  Perhatian selektif terhadap pemikiran tertentu dan tidak ada perhatian terhadap objek atau pemikiran lain.
4)  Menenangkan dan memperkuat mental
Atlet tidak dapat memusatkan perhatian atau mengalami perhatian yang terbagi-bagi selama mengikuti pertandingan, maka latihan konsentrasi dapat digunakan sebagai teknik latihan mengatasai permasalahan tersebut.
Selanjutnya Gauron (1989) memberikan beberapa petunjuk sebagai berikut:
1)  Jauhkan fikiran dari sesuatu yang pernah anda lakukan ataupun pernah anda alami;
2)  Pusatkan perhatian anda pada satu tempat;
3)  Tujukan pusat perhatian pada satu lokasi tersebut
4)  Kosongkan fikiran anda biarkan tetap kosong
5)  Pindahkan dari sasaran khusus ke pusat perhatian seperti gambar panorama kemudian  kut dihadirkan suatu gambar besar memberi kemungkinan masukkan tanpa menyeleksinya
6)  Berupaya memusatkan perhatian terhadap semua benda
7)  Berhentilan dan kemudian kembali konsentrasi
3.  Imagery
Latihan imageryadalah suatu latihan dalam alam fikiran atlet, dimana atlet membuat gerakan-gerakan yang benar-benar melalui imajinasi dan setelah dimatangkan kemudian dilaksanakan.
Latihan imagery dapat berarti tiga hal, yaitu: yang dapat dilihat atau visual, dapat didengar atau auditorydan dapat dirasakan atau kinesthetic(Poster dan Foster, 1986).
Bagaimana prosedur yang dapat menjadi pegangan para pelatih untuk melaksanakan latihan imageryini? Tekanan pokok dalam latihan imageryadalah: semua atlet harus sudah memperoleh pengertian mengenai keterampilan dan bagaimana cara serta pola gerak yang akan dilakukan dalam keterampilan nyata.  Pertama, atlet diberi gambaran mengenai teknik yang akan dilatihkan (apabila tujuan latihan adalah tentang penguasaan teknik). Adapun gambaran tentang teknik tersebut dapat berupa demontrasi pelatih, contoh gambar atau rekaman video dan lain-lain. Kedua, atlet diminta untuk mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut, kemudian atlet membayangkan dirinya melakukan gerakan teknik tersebut sambil menutup mata. Dengan menutup mata dapat membantu para atlet dalam berkosentrasi terhadap apa yang sedang dilakukannya.Imajeri mental adalah serangkaian aktivitas membayangkan atau memunculkan kembali dalam pikiran suatu obyek, peristiwa atau pengalaman gerak yang benar dan telah disimpan dalam ingatan (Blischke, 1999; Finke dalam Suharnan, 2000; Vedelli, 1985). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa imajeri mental dapat memfasilitasi peningkatan performa olahraga (Vealey dan Walter, 1993). Imajeri mental meningkatkan ketepatan dan kualitas pukulan tenis meja (Li-Wei dalam Anderson, 1997), digunakan untuk mempelajari gerak yang baru dan menghaluskan gerakan (Smith dalam Smith, 2000), mempengaruhi belajar dan penampilan peserta didik (Vedelli, 1985). Latihan imajeri mental mempengaruhi belajar dan penampilan karena memungkinkan individu mengulang rangkaian gerak dengan membuat komponen-komponen simbolik dalam otak yang dibutuhkan untuk memfasilitasi performa keterampilan yang akan dilakukan (Perry & Morris, 1985), dan dapat menguatkan hubungan stimulus respon (Lang, 1977, 1979).Menurut Marten (1987), penetapan tujuan dan imajeri mental merupakan bagian integral dari keseluruhan keterampilan psikologis.
Membayangkan tujuan merupakan suatu cara yang efektif untuk mengarahkan atlet terhadap pencapaian tujuan dan imajeri mental dapat berhasil dengan efektif ketika atlet menetapkan tujuan yang spesifik dan realistik selama latihan imajeri mental. Kian jelas dan detail obyek atau gerakan yang dibayangkan, maka kian besar kemungkinan peserta didik akan mampu melihat peluang-peluang yang dapat mewujudkan tujuan belajarnya (Shope, 1982). Selain itu, dengan membuat gambaran atau bayangan yang sangat spesifik peserta didik dapat menentukan aspek-aspek kritis atau komponen-komponen kunci yang harus menjadi fokus perhatian selama proses pembelajaran (Syer dan Connolly, 1987), sehingga tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai. Karena itu, tujuan dapat dibayangkan dan proses membayangkan harus terarah pada tujuan. Inilah cara terbaik untuk melakukan imajeri mental (Shone, 1982).
Teknik pelaksanaannya secara terpimpin dapat dilakukan sesuai urutan sebagai berikut;
1)  Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi yang nyaman dan usahakan relaks.
2)  Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
3)  Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
4)  Berimajinasi secara keseluruhan.
5)  Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
6)  Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
7)  Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Berikut ini disajikan pelaksanaan latihan imageryyaitu menggambarkan atau membayangkan keseluruhan pola teknik sejak awal hingga akhir atau tentang bagian-bagian tertentu. Contoh seorang pemain olahraga melakukan latihan imagery:
1)  Duduk di tempat yang nyaman; kaki dan tangan jangan disilangkan. Setelah mendapatkan posisi yang santai, tutup mata anda dan cobalah mengingat suatu penampilan permainan olahraga yang ketat dan bagus dan anda unggul. Bayangkan kejadian itu segamblang mungkin. Dimana waktu pertandinganya, jam berapa, cuaca diwaktu itu, apa
yang dilihat dan didengar.
2)  Bayangkan anda melakukan servis; dimulai dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, jenis pukulan, saat perkenaan dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
3)  Bayangkan anda melakukan pukulan lobdimulai dengan posisi kaki yang baik, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
4)  Bayangkan anda melakukan pukulan smashdimulai dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
5)  Bayangkan anda melakukan pukulan drivedi tengah lapangan dimulai dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.

6)  Pada saat terakhir dilakukan latihan imageryrangkaian keseluruhan teknik-teknik yang ada, misalnya bayangkan anda melakukan servis pendek dengan baik, kemudian bergerak maju, melakukan serobotan dengan tajam sehingga lawan mati. Frekuensi 15 kali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar